Properti di Daerah Mulai Menggeliat

SELAIN Jabodetabek, Jawa Timur ternyata menjadi pasar potensial terbesar untuk properti selama dua tahun terakhir. Geliatnya begitu dinamis dengan pertumbuhan pasar yang tidak kalah dengan capaian di Ibu Kota. Tiap tahun setidaknya para pengembang di wilayah ini mampu membangun 30.000 unit rumah baru plus ratusan unit apartemen pada setahun terakhir.

Direktur PT Hijau Teduh Lestari Sonny Wibisono, pengembang beberapa proyek perumahan di Surabaya dan Sidoarjo, menyatakan, sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta, magnet Surabaya sebagai kota untuk tempat tinggal cukup besar. "Yang istimewa dari Jawa Timur terutama Surabaya, adalah kenyataan bahwa kota ini adalah tempat perdagangan terbesar kedua di Indonesia. Karena itu pertumbuhan penduduk tidak hanya berasal dari warga Surabaya, tapi juga pendatang yang jumlahnya juga sangat besar," kata Sonny.


Surabaya, dalam catatan Sonny, memberi kontribusi lebih dari 50 persen penjualan hunian dari total penjualan properti di semua kelas. Pertumbuhan pasarnya sendiri rata-rata berada di kisaran 20 persen setiap tahun. Karena pertumbuhan pasar ini pula, saat ini rata-rata pertumbuhan jumlah proyek di Surabaya juga berada di kisaran 20 persen per tahun.
Meski begitu, kendala terbesar dari Surabaya adalah ketersediaan lahan yang memadai. "Jadi tidak salah kalau saat ini yang mulai banyak tumbuh adalah pembangunan apartemen. Dan itu cocok untuk keluarga-keluarga baru yang dinamis dan benar-benar memerlukan hunian di tengah kota," urai Sonny.

Sonny menambahkan, selain end user, tidak jarang pembelian unit-unit rumah di Surabaya merupakan sebuah investasi. Artinya saat harga di pasar sekundernya cukup tinggi sehingga memberikan return yang cukup tinggi, maka rumah akan segera dijual.

"Rumah atau unit apartemen di Surabaya ini juga menjadi pilihan investasi. Kenapa? Sebab harga jualnya tidak akan pernah turun, bahkan akan naikdengan selisih yang cukup lumayan. Apalagi kita tahu, Surabaya adalah kota yang akan bertambah dinamis, yang akan selalu cepat dalam mengikuti perkembangan zaman," paparnya.

Dalam pantauan Sonny, saat ini sekitar 30 persen penjualan unit properti di Surabaya "lari" ke sisi investasi. Entah kemudian disewakan atau dibiarkan kosong dalam keadaan terawat untuk ditunggu saat "panen" atau dijual pada harga yang cukup tinggi. Hal ini sah-sah saja karena kenaikan harga properti di Surabaya bisa mencapai 15 persen per tahun. "Jelas di atas return yang diberikan deposito dan kalau saat ini lebih pasti ketimbang saham," ungkapnya.

Dicontohkannya, harga bangunan di Surabaya setahun lalu sudah mencapai Rp1,5 juta per meter persegi. Namun, kali ini sudah meningkat menjadi sekitar Rp2,25 juta per meter persegi. "Ini baru biaya produksi, kalau harga jual tentunya akan sangat ditentukan oleh faktor psikologis selain biaya ini," sebutnya.

Tidak kalah dengan Surabaya, Kota Malang juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor properti. Di kota wisata berhawa dingin ini gairah properti juga memiliki tensi yang cukup tinggi. Bahkan, di belasan lahan yang tidak begitu luas pun saat ini banyak proyek perumahan yang sedang dalam pengerjaan.

Direktur PT Kharisma Karangploso HM Tri Wediyanto, salah satu pengembang di Malang, menyatakan, saat ini cukup banyak pengembang baru yang mengerjakan proyek perumahan yang hanya terdiri dari 25-50 unit rumah di tiap lokasi. "Kota ini akan terus berkembang. Sebagai kota pendidikan, sebagai kota wisata maupun sebagai kota industri. Makanya, kota ini bisa menjadi pilihan untuk ditinggali," kata Tri.

Tri menilai, kalau kota ini tidak memiliki prospek yang bagus, saat ini tentu saja tidak banyak pengembang baru yang mau masuk. Apalagi dengan memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas di beberapa sudut kota.
(sindo//tty)